Eco Camp Rumah Tumbuh Farm: Dua Hari Pembelajaran Mendalam Siswa SMAN 1 Pasawahan Tentang Alam dan Keberlanjutan

Wanayasa – Selama dua hari penuh, suasana Rumah Tumbuh Farm menjadi hidup oleh aktivitas dan semangat belajar puluhan siswa SMAN 1 Pasawahan. Melalui program Eco Camp, para siswa tidak hanya diajak berinteraksi dengan alam, tetapi juga dibimbing memahami prinsip keberlanjutan secara lebih mendalam melalui praktik langsung, observasi, dan pengalaman reflektif.



Hari Pertama: Mengenal Alam, Membaca Lanskap, dan Memahami Kehidupan

Kegiatan dimulai dengan pengenalan permakultur, konsep pertanian berkelanjutan yang meniru pola alami ekosistem. Para siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan, tetapi diajak berkeliling melihat langsung bagaimana Rumah Tumbuh Farm menerapkan sistem-sistem permakultur seperti kebun campur, pola air, pengelolaan tanah, hingga integrasi tanaman dan hewan. Mereka belajar bahwa permakultur bukan sekadar teknik bertani, melainkan cara pandang untuk hidup harmonis dengan alam.



Selanjutnya, peserta melakukan aktivitas mengidentifikasi lingkungan. Dengan bekal alat sederhana dan panduan mentor, siswa mengamati tekstur tanah, kontur lahan, arah aliran air, jenis tumbuhan, dan tanda-tanda aktivitas fauna. Mereka belajar membaca lanskap, memahami hubungan antar elemen, sekaligus menyadari bahwa lingkungan bukan sekadar latar, melainkan sistem hidup yang saling terhubung.



Sebelum hari berakhir, siswa mengikuti simulasi pembuatan terasering mini. Dalam kegiatan ini, mereka mempraktikkan teknik konservasi tanah dan air yang biasa diterapkan di wilayah perbukitan. Melalui kerja kelompok, mereka merancang kontur lahan kecil, menyusun struktur penahan tanah, dan menguji aliran air untuk melihat efektivitas terasering. Latihan ini membuka pemahaman baru bahwa menjaga tanah dari erosi adalah bagian penting dari keberlanjutan.



Hari Kedua: Kreativitas, Keakraban, dan Mendalami Siklus Kehidupan

Hari kedua dibuka dengan aktivitas land art mandala, sebuah seni kolaboratif menggunakan elemen alami seperti daun, batu, bunga liar, ranting, dan tanah. Melalui kegiatan ini, imajinasi siswa dirangsang, kreativitas mereka diuji, dan hubungan emosional dengan alam semakin kuat. Mandala yang mereka ciptakan bukan hanya karya seni, tetapi juga simbol harmoni, keseimbangan, dan kepekaan terhadap detail kecil di alam.



Malam harinya, suasana Eco Camp menjadi hangat dengan hadirnya api unggun biocarkol. Dalam kegiatan ini, siswa tidak sekadar menikmati api unggun, tetapi mempelajari proses pembuatan arang ramah lingkungan menggunakan metode pembakaran terbatas oksigen. Mereka mengetahui bahwa biocarkol memiliki manfaat besar bagi tanah: memperbaiki struktur, meningkatkan kemampuan menyimpan air, dan menjadi rumah bagi mikroorganisme baik. Api unggun ini menjadi momen refleksi, tempat siswa berbagi kesan, bertukar cerita, dan memahami bahwa perubahan besar bagi lingkungan dimulai dari langkah-langkah kecil dan sadar.



Kegiatan Eco Camp ditutup dengan pelatihan pembuatan pupuk brekele—pupuk fermentasi organik yang memanfaatkan bahan alami seperti dedaunan, limbah dapur, dan mikroorganisme lokal. Dalam sesi ini, siswa belajar tentang proses fermentasi, peran mikroba, hingga cara aplikasi ke tanaman. Mereka menyadari bahwa nutrisi tanah bisa diciptakan kembali tanpa harus bergantung pada pupuk kimia.



Menghadirkan Pembelajaran yang Hidup dan Transformatif

Selama dua hari Eco Camp, para siswa SMAN 1 Pasawahan tidak hanya mendapat pengetahuan teknis, tetapi juga mengalami proses pembelajaran yang menyentuh pemahaman mendalam: bahwa manusia, tanah, air, dan makhluk lain saling terhubung dalam keseimbangan yang harus dijaga. Rumah Tumbuh Farm menjadi ruang belajar yang membebaskan rasa penasaran, menghidupkan kreativitas, dan menumbuhkan kepedulian ekologis.



Program Eco Camp ini diharapkan menjadi langkah awal bagi terbentuknya generasi muda yang lebih peka terhadap isu lingkungan dan mampu membawa nilai keberlanjutan ke dalam kehidupan sehari-hari. Para siswa pulang dengan pengalaman yang tidak hanya akan dikenang, tetapi juga akan memengaruhi cara mereka melihat dan merawat bumi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top