Pendidikan: Motivasi Internal dan Integrasi

Jika tekanan datang dari dalam, telur pecah maka mulailah kehidupan, tetapi jika tekanan datang dari luar, telur pecah maka berakhirlah kehidupan. Pendidikan pada prinsipnya menghidupkan potensi anak bukan malah membunuhnya. Pendidikan menghidupkan anak menjadi manusia sadar yang menumbuhkan kemauan (passion), dan menumbuhkan serta mengembangkan kemampuan(kompetensi). Pendidikan melalui pendekatan motivasi internal sudah menjadi kebutuhan dan pembelajaran dengan pendekatan motivasi eksternal hanya sebuah kekecualian.

Pendekatan motivasi internal menurut beberapa riset dianggap dapat melejitkan potensi siswa pada tingkat yang lebih maksimal. Pendekatan motivasi internal yang dilakukan guru dapat melalui tiga pendekatan yaitu Disiplin Positif, Growth Mindset, dan CASEL (Collaborative for Academic Social Emotional Learning).

Peserta didik bukanlah robot tetapi manusia yang memiliki daya indera(panca indera), daya khayal (imajinasi), daya wahmi (estimatif), dan daya pikir (akal).

Dengan indera manusia dapat memotret, merekam, dan menyimpan informasi dan data. Dengan imajinasi manusia dapat membayangkan, membandingkan, dan dapat memadukan sesuatu yang ada atau belum ada, yang terjadi hingga yang akan terjadi kemudian lahirlah perencanaan, konsep, strategi, kreativitas dan inovasi.

Melalui daya wahmi manusia tahu dan mengerti serta merasakan cinta, rindu, empati, dan lain-lain. Dengan akal dan pikirannya manusia dapat menyimpulkan, memutuskan dan menalar serta memilih mana yang benar serta mana yang salah.

Olehkarena itu biarkan peserta didik membangun dirinya berdasarkan minat dan bakatnya dengan menyadarkannya bahwa dirinya unggul, unik, dan memiliki daya saing. Kesadaran diri inilah yang dapat memotivasi dirinya sendiri. Kesadaran diri inilah yang menjadikan peserta didik memiliki tanggungjawab.

Tanggungjawab adalah akibat dari sebab seseorang merdeka. Tidak ada kemerdekaan tanpa tanggungjawab. Guru dan pendidik hanyalah fasilitator yang mengembangkan dan membantu anak melalui pendekatan disiplin positif yang bertujuan mendisiplinkan anak melalui kesadaran diri ( motivasi internal) bukan hadiah atau ancaman (motivasi eksternal).

Guru dapat menumbuhkan daya pikir siswa melalui Growth Mindset. Ibarat gajah yang diikat tali yang sesungguhnya tidak kuat sehingga gajah menduga bahwa tali itulah yg mengekang dirinya padahal tali itu tak sekuat potensi kekuatan gajah. Potensi dan kekuatan manusia melebihi masalah dan tantangan yang dihadapi manusia. Guru seharusnya menjadi pencerah pikiran anak, hingga anak memiliki mindset yang merdeka. Pikiran manusia kerap menjadi penjara bagi dirinya. Olehkarena itu guru harus jadi pembebas, pencerah bagi pikiran anak yang tersandera. Tugas guru menumbuhkan potensi pikir manusia.

Yang ketiga, seorang guru dituntut memiliki keterampilan CASEL yaitu suatu pembelajaran yang menekankan kesadaran diri siswa agar memiliki kecerdasan sosial emosional. Pada akhirnya pembelajaran sejatinya dapat menjadikan peserta didik memiliki motivasi internal yang kuat sehingga memiliki kecerdasan intelektual, emosional, sosial, dan spiritual. Pendidikan bukan menuangkan air ke dalam bejana tetapi menyalakan api.

Keempat kecerdasan sejatinya tidak dapat dipisah- pisah, keempat kecerdasan tersebut terintegrasi dalam diri setiap orang. Oleh karena dapat dikatakan bahwa: Pembelajaran terintegrasi dengan menghidupkan motivasi internal melalui pembelajaran disiplin positif, growth mindset, dan sosial emosional hingga dapat melahirkan peserta didik yang unggul. Anak yang unggul adalah anak yang otentik, yang menjadi anak terbaik menurut versinya.

Penulis : Dr. H.Srie Muldrianto, M.Pd. (Ketua PC. Muhammadiyah Purwakarta)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top